Semua orang pasti pernah
menguap, baik anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia. Kegiatan Menguap hampir
dapat kita lihat dari orang-orang sekitar kita. Menguap adalah sebuah gerakan refleks menarik dan menghembuskan
nafas yang sering terjadi saat seseorang merasa letih atau mengantuk. Salah satu penyebabnya adalah
jumlah oksigen di paru-paru yang rendah. Menguap mudah sekali
menular. Sekitar 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut
menguap dalam waktu lima menit berikutnya. Dalam beberapa budaya, menguap
merupakan suatu sikap antisosial sehingga saat menguap orang-orang dari
kebudayaan tersebut akan menutup mulut mereka.
Apakah Menguap = Mengantuk?
Pada umumnya, kita mengartikan jika seseorang menguap,
berarti dia sedang mengantuk. Anda sendiri pun pasti pernah merasakannya.
Menurut beberapa penelitian, menguap bisa menjadi tanda mengantuk, kelelahan,
atau gangguan tidur. Robert
Provine, seorang ahli syaraf dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, yang
sudah meneliti tentang menguap selama 30 tahun, mengatakan bahwa seseorang
menguap sebagai tanda kelelahan. Menurutnya, orang akan menguap ketika
mendekati jam tidur atau setelah bangun tidur.
Menguap juga ada
kaitannya dengan kebosanan. Dia juga melakukan percobaan untuk mengetahui apakah
ada kaitan antara menguap dengan kebosanan dengan cara membagi dua kelompok
remaja. Kelompok pertama diberi tontonan tentang tes warna yang tidak menarik,
sementara kelompok kedua diberi tontonan video musik. Hasil penelitian
menunjukkan, remaja pada kelompok pertama terlihat lebih banyak menguap
dibandingkan remaja yang diberi tontonan video musik.
Manusia Menguap untuk
Mendinginkan Otak
Andrew C. Gallup, PhD, seorang peneliti dari Universitas
Princeton di Amerika Serikat mengatakan, manusia menguap karena untuk
mendinginkan otak. Menurutnya, ketika menguap, Anda akan melakukan peregangan
rahang yang sangat kuat sehingga bisa meningkatkan aliran darah pada leher,
wajah, dan kepala. Hal itu bisa membantu mengeluarkan hawa panas pada otak.
Ketika mengambil napas dalam-dalam saat menguap, udara dingin akan masuk ke
dalam rongga sinus dan sekitar arteri karotis menuju ke otak kembali. Jadi
kesimpulannya menguap bisa mengeluarkan hawa panas pada otak dan menggantinya
dengan hawa dingin.
Gallup juga
mengatakan, seseorang akan lebih mudah menguap ketika udara sedang berkondisi
dingin dibandingkan saat udara sedang berkondisi panas. Untuk membuktikan hal
itu, dia mengadakan penelitian saat musim dingin dan musim panas. Hasil
penelitian membuktikan, 45 persen orang menguap ketika melihat sebuah foto
orang menguap. Namun hanya 24 persen orang ikut menguap saat udara panas.
Selain itu, orang lebih sering menguap ketika mereka berlama-lama di luar
ruangan saat udara dingin. Sebaliknya, orang terlihat jarang menguap ketika
mereka berlama-lama di luar ruangan saat udara panas.
Menguap Bersifat Menular dan
Sebagai Tanda Empati
Ketika melihat orang lain menguap, secara tidak sadar, kita
juga akan ikut menguap. Dengan kata lain, menguap bersifat menular sekaligus
sebagai tanda cara manusia berempati. Sebuah penelitian telah dilakukan kepada
anak-anak normal dan anak-anak penderita autisme. Mereka diajak menonton sebuah
video berisi orang-orang yang sedang menguap. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak normal terlihat lebih sering menguap ketimbang anak-anak
autisme. Hal itu dianggap wajar karena anak-anak autisme memiliki gangguan yang
memengaruhi interaksi sosial, termasuk kemampuan berempati kepada orang lain.
Ini menguatkan teori bahwa menguap bersifat menular sebagai rasa empati kepada
orang lain.
Seorang dokter di Universitas
Geneva, Swiss bernama Adrian G. Guggisberg, MD juga setuju dengan teori tersebut.
Dia melihat efek menular dari menguap sebagai petunjuk utama. Menurutnya, makin
banyak orang yang mudah tertular dengan menguap, maka makin baik pula kemampuan
mereka berempati.
Tanda Memiliki Penyakit
Menguap dalam intensitas yang berlebihan bisa menjadi
pertanda bahwa Anda memiliki penyakit tertentu, seperti tumor otak, stroke, epilepsi, sklerosis multipel, gagal hati,
atau sinkop vasovagal (mudah pingsan).
Untuk mengidentifikasi hal tersebut, segera konsultasikan
kepada dokter. Biasanya dokter akan bertanya mengenai kebiasaan tidur Anda
untuk mengetahui apakah Anda mendapatkan cukup tidur atau tidak. Setelahnya,
dokter mungkin akan melakukan tes seperti elektroensefalogram
(EEG) untuk mengetahui aktivitas otak Anda. Langkah itu bisa mendeteksi apakah
seringnya Anda menguap disebabkan oleh tumor otak atau penyakit otak lainnya.
Scan MRI juga bisa dilakukan untuk mengetahui struktur tubuh
seperti jaringan otak, tulang belakang, atau jantung demi memastikan apakah
Anda memiliki gangguan otak atau jantung.
Untuk mendeteksi sinkop vasovagal, kemungkinan Anda harus
menjalani tes darah, elektrokardiogram
(EKG), atau ekokardiogram.
Demikian artikel
ini, semoga bisa menambah wawasan Anda sehingga bisa lebih mencintai tubuh
Anda. Terima kasih. . .
No comments:
Post a Comment