Kebiasaan Menguap, Wajarkah? | Pakar Biologi
Selamat Datang di pakarbiologi.blogspot.co.id. Semoga dapat menambah wawasan Anda dan membuat hidup jauh lebih bermakna. Enjoy Your Life!!!

Tuesday 1 March 2016

Kebiasaan Menguap, Wajarkah?


Semua orang pasti pernah menguap, baik anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia. Kegiatan Menguap hampir dapat kita lihat dari orang-orang sekitar kita. Menguap adalah sebuah gerakan refleks menarik dan menghembuskan nafas yang sering terjadi saat seseorang merasa letih atau mengantuk. Salah satu penyebabnya adalah jumlah oksigen di paru-paru yang rendah. Menguap mudah sekali menular. Sekitar 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya. Dalam beberapa budaya, menguap merupakan suatu sikap antisosial sehingga saat menguap orang-orang dari kebudayaan tersebut akan menutup mulut mereka.

Apakah  Menguap = Mengantuk?
Pada umumnya, kita mengartikan jika seseorang menguap, berarti dia sedang mengantuk. Anda sendiri pun pasti pernah merasakannya. Menurut beberapa penelitian, menguap bisa menjadi tanda mengantuk, kelelahan, atau gangguan tidur. Robert Provine, seorang ahli syaraf dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, yang sudah meneliti tentang menguap selama 30 tahun, mengatakan bahwa seseorang menguap sebagai tanda kelelahan. Menurutnya, orang akan menguap ketika mendekati jam tidur atau setelah bangun tidur.

Menguap juga ada kaitannya dengan kebosanan. Dia juga melakukan percobaan untuk mengetahui apakah ada kaitan antara menguap dengan kebosanan dengan cara membagi dua kelompok remaja. Kelompok pertama diberi tontonan tentang tes warna yang tidak menarik, sementara kelompok kedua diberi tontonan video musik. Hasil penelitian menunjukkan, remaja pada kelompok pertama terlihat lebih banyak menguap dibandingkan remaja yang diberi tontonan video musik.

Manusia Menguap untuk Mendinginkan Otak
Andrew C. Gallup, PhD, seorang peneliti dari Universitas Princeton di Amerika Serikat mengatakan, manusia menguap karena untuk mendinginkan otak. Menurutnya, ketika menguap, Anda akan melakukan peregangan rahang yang sangat kuat sehingga bisa meningkatkan aliran darah pada leher, wajah, dan kepala. Hal itu bisa membantu mengeluarkan hawa panas pada otak. Ketika mengambil napas dalam-dalam saat menguap, udara dingin akan masuk ke dalam rongga sinus dan sekitar arteri karotis menuju ke otak kembali. Jadi kesimpulannya menguap bisa mengeluarkan hawa panas pada otak dan menggantinya dengan hawa dingin.

Gallup juga mengatakan, seseorang akan lebih mudah menguap ketika udara sedang berkondisi dingin dibandingkan saat udara sedang berkondisi panas. Untuk membuktikan hal itu, dia mengadakan penelitian saat musim dingin dan musim panas. Hasil penelitian membuktikan, 45 persen orang menguap ketika melihat sebuah foto orang menguap. Namun hanya 24 persen orang ikut menguap saat udara panas. Selain itu, orang lebih sering menguap ketika mereka berlama-lama di luar ruangan saat udara dingin. Sebaliknya, orang terlihat jarang menguap ketika mereka berlama-lama di luar ruangan saat udara panas.

Menguap Bersifat Menular dan Sebagai Tanda Empati
Ketika melihat orang lain menguap, secara tidak sadar, kita juga akan ikut menguap. Dengan kata lain, menguap bersifat menular sekaligus sebagai tanda cara manusia berempati. Sebuah penelitian telah dilakukan kepada anak-anak normal dan anak-anak penderita autisme. Mereka diajak menonton sebuah video berisi orang-orang yang sedang menguap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak normal terlihat lebih sering menguap ketimbang anak-anak autisme. Hal itu dianggap wajar karena anak-anak autisme memiliki gangguan yang memengaruhi interaksi sosial, termasuk kemampuan berempati kepada orang lain. Ini menguatkan teori bahwa menguap bersifat menular sebagai rasa empati kepada orang lain.

Seorang dokter di Universitas Geneva, Swiss bernama Adrian G. Guggisberg, MD juga setuju dengan teori tersebut. Dia melihat efek menular dari menguap sebagai petunjuk utama. Menurutnya, makin banyak orang yang mudah tertular dengan menguap, maka makin baik pula kemampuan mereka berempati.

Tanda Memiliki Penyakit
Menguap dalam intensitas yang berlebihan bisa menjadi pertanda bahwa Anda memiliki penyakit tertentu, seperti tumor otak, stroke, epilepsi, sklerosis multipel, gagal hati, atau sinkop vasovagal (mudah pingsan).
Untuk mengidentifikasi hal tersebut, segera konsultasikan kepada dokter. Biasanya dokter akan bertanya mengenai kebiasaan tidur Anda untuk mengetahui apakah Anda mendapatkan cukup tidur atau tidak. Setelahnya, dokter mungkin akan melakukan tes seperti elektroensefalogram (EEG) untuk mengetahui aktivitas otak Anda. Langkah itu bisa mendeteksi apakah seringnya Anda menguap disebabkan oleh tumor otak atau penyakit otak lainnya.
Scan MRI juga bisa dilakukan untuk mengetahui struktur tubuh seperti jaringan otak, tulang belakang, atau jantung demi memastikan apakah Anda memiliki gangguan otak atau jantung.
Untuk mendeteksi sinkop vasovagal, kemungkinan Anda harus menjalani tes darah, elektrokardiogram (EKG), atau ekokardiogram.


Demikian artikel ini, semoga bisa menambah wawasan Anda sehingga bisa lebih mencintai tubuh Anda. Terima kasih. . . 

No comments:

Post a Comment