Ilmu
biologi dirintis oleh Aristoteles, ilmuwan berkebangsaan Yunani. Dalam
terminologi Aristoteles, “filosofi alam” adalah cabang filosofi yang
meneliti fenomena alam, dan mencakupi bidang yang kini disebut sebagai fisika,
biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.
Berbagai
penelitian telah dilakukan oleh Aristoteles. Salah satunya melakukan penelitian
sejarah alam di Pulau Lesbos.
Hasil penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian Hewan,
berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat
mitos-mitos dan kesalahan-kesalahan. Bagian yang penting adalah mengenai
kehidupan laut. Ia memisahkan mamalia laut dari ikan, dan mengetahui bahwa hiu
dan pari adalah bagian dari grup yang ia sebut Selachē (selachians).
Istilah
biologi dalam pengertian modern diperkenalkan secara terpisah oleh Gottfried
Reinhold Treviranus (Biologie oder Philosophie der lebenden Natur, 1802)
dan Jean-Baptiste Lamarck (Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi
sebenarnya telah dipakai pada 1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan,
sebelumnya, istilah itu juga telah muncul dalam judul buku Michael Christoph
Hanov jilid ke-3 yang terbit pada 1766, yaitu Philosophiae
Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generais et
Dendrologia.
Di Mesir, ilmu biologi diterapkan dalam pengobatan sejak 2000
tahun SM. Contoh yang bisa kita temui di antaranya adalah mumi; mayat yang
diawetkan. Bangsa Mesir sudah mampu membuat semacam balsem untuk mengawetkan
mayat dari tumbuh-tumbuhan. Perkembangan biologi di wilayah Arab sangat
pesat berkat pengetahuan Al Jahiz tentang binatang, dan Ibnu Sina
tentang ilmu kedokteran.
Berdasarkan
situs Assyria dan Babilonia (3500), biologi adalah salah satu ilmu tertua yang
bisa dibuktikan. Situs tersebut menunjukan bahwa bangsa Assyiria dan Babilonia
sudah bercocok tanam dan dan mengenal ilmu pengobatan.
Bangsa
China sudah mengenali tanaman obat sejak 2800 tahun SM. Reruntuhan di
Mohenjodaro (2500 SM) menunjukan bahwa penduduknya sudah memanfaatkan sekitar
960 jenis tanaman untuk pengobatan. Termasuk ilmu anatomi, fisiologi, patologi,
dan ilmu bedah. Selanjutnya perkembangan biologi merambah ke berbagai bangsa
dan melahirkan tokoh-tokoh baru, seperti Leonardo da Vinci, Otto Brunfels,
Leonhard Fuchs, Pierre Belon, dan masih banyak lagi.
Pada
pertegahan abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan dasar-dasar taksonomi,
mengelompokkan hewan berdarah dan tidak berdarah. Hewan berdarah merupakan
hewan-hewan besar, seperti ikan, mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Hewan
tidak berdarah merupakan hewan-hewan kecil, seperti udang-udangan, Cephalopoda, serangga, dan Testacea. Selain itu,
Aristoteles juga menemukan bahwa hewan memiliki paru-paru, bernafas dengan
udara, berdarah panas, dan menghasilkan keturunan. Selain itu, ia juga
menemukan ilmu tentang reproduksi dan hereditas, termasuk Teori Abiogenesis atau Generatio
Spontanea.
Pada
abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Penemuan ini menjadi awal
munculnya pengetahuan biologi yang bersifat mikroskopis seperti mikroorganisme.
Penemuan ini juga melahirkan cabang ilmu biologi baru yang bersifat
mikroskopis, seperti embriologi dan mikrobiologi. Tokoh-tokoh yang bejasa di
pada saat itu di antaranya ialah Robert Hooke, Fransisco Redi, Lazzaro
Sapallanzani, dan Louis Pasteur. Pada abad ke-17 dan 18, John Ryan dan Corolus
Linnaeus mengusulkan suatu sistem klasifikasi yang bersifat universal yang
berlaku untuk hewan dan tumbuhan. Sistem inilah yang menjadi rujukan sistem
klasifikasi modern.
Perkembangan
Biologi Sains sampai Abad ke-20
A. Biologi Sel dan Embriologi
Pada
tahun 1895, Charles Overton menyatakan
bahwa membran terdiri dari lipid. Berdasarkan pengamatannya bahwa
unsur yang larut dalam lemak memasuki sel lebih cepat dari unsur yang tidak
larut dalam lipid. Dua
puluh tahun kemudian, membran sel diisolasi dari sel darah merah dan dianalisis
secara kimiawi dan ditemukan adanya unsur lipid dan protein.
Irving
Langmuir pada tahun 1917, membuat membran tiruan dengan menambahkan fosfolipid yang dilarutkan dalam benzene ke dalam air. Hasilnya setelah benzene menguap, fosfolipid tertinggal sebagai lapisan yang menutupi
permukaan air dengan hanya bagian hidrofil yang terbenam dalam air.
Tahun
1925, E. Gorter dan F. Grendel mengemukakan bahwa membran sel terdiri
dari dua lapis (bilayer). Tahun 1935, Hugh
Davson dan James Danielli memperbaikinya dengan
mengajukan Model Sandwich: fosfolipid bilayer di antara dua lapis protein globular.
Ilmuwan
pertama kali menggunakan mikroskop elektron pada tahun 1950-an. Penggambaran Model Membran Davson dan Danielli menjadi lebih jelas. Tahun 1960-an, Model Sandwich-nya
Davson-Danielli diterima secara menyeluruh sebagai struktur yang bukan hanya
untuk plasma membran tetapi juga untuk seluruh membran internal dari sel.
Tetapi di akhir abad ke-20, banyak ahli biologi sel yang melihat dua kekeliruan
dari model tersebut.
Pertama,
generalisasi bahwa seluruh membran sel identik dibantah. Tidak semua membran
terlihat sama di bawah mikroskop elektron. Sebagai contohnya, membran plasma
berukuran 7-8 nm dan memiliki struktur tiga lapisan,
sedangkan membran dalam mitokondria tebalnya hanya 6 nm dan dalam mikrograf elektron tampak
seperti barisan manik-manik. Membran mitokondia juga memiliki persentase
protein yang lebih banyak dan ada perbedaan dalam jenis fosfolipid-nya. Membran dengan
fungsi yang berbeda, berbeda dalam struktur dan susunan kimianya. Masalah kedua
adalah penempatan protein. Membran bersifar amphipathic,
jika protein ditempatkan pada permukaan membran, maka bagian hidrofobik-nya akan berada di
lingkungan air.
Pada
tahun 1972, S.J Singer dan G. Nicolson meninjau ulang model
membran yang menempatkan protein pada daerah yang sesuai dengan sifat amfifatik membran. Mereka menyatakan bahwa protein
membran tersebar dan secara terpisah tertanam ke dalam lapisan fosfolipid, dengan hanya daerah hidrofilik yang menjorok keluar ke daerah yang
ada air. Susunan molekul seperti ini memaksimalkan kontak daerah hidrofilik dari protein dan fosfolipid dengan air sedangkan bagian hirofobik-nya dengan lingkungan
air. Struktur seperti kemudian disebut fluid
mosaic model.
Pada
tahun 1891, Driesch (1867-1941) meneliti tentang reproduksi
sel, fertilisasi dan multiplikasi sel menjadi organisme baru. Ia menemukan
bahwa telur urchin laut membelah menjadi dua bagian,
berkembang menjadi dua larva yang lengkap.
Pada
tahun 1900, Loeb (1859-1924) menyatakan bahwa telur yang tidak
dibuahi dapat diinduksi dengan perlakuan kimia tertentu menjadi organisme
sempurna.
Pada
tahun 1931, Spemann (1869-1941), Holftreter dan Mangold mendemontrasikan bahwa
pemberian senyawa kimia atau stimulus kimia tertentu kepada telur yang tidak
dibuahi mampu menginduksi pembentukan organsime utuh; sedangkan untuk yang
lainnya, perlakuan hanya pada tahap lebih lanjut ketika organisme tumbuh mampu menghasilkan
bagian-bagian tubuh tertentu seperti mata atau anggota tubuh lainnya.
Ahli
embriologi berkebangsaan Amerika, Robert Briggs dan Thomas King
menjadi pelopor transplantasi inti pertama selama tahun 1950-an.
Eksperimen ini dikembangkan oleh John
Gurdon (Inggris) dengan menghilangkan inti sel dari sel telur katak
kemudian menanam inti dari embrio berudu dari species yang sama. Hasilnya inti
yang ditranplantasikan tersebut mendukung perkembangan normal donor.
Tahun
1997, peneliti Scotlandia, Ian Wilmut dan kawan-kawan berhasil
mengklon domba dewasa dengan inti sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak dibuahi
dari domba yang lain. Domba “dolly” ini secara kromosomal identik dengan
donor. Juli 1998 peneliti dari Hawaii melaporkan pengkloningan lebih dari 50
tikus menggunakan inti dari sel ovarium.
B. Genetika dan Hereditas
1. Genetika
Pada
tahun 1944, Oswald Avery, seorang ilmuwan kebangsaan Amerika,
memurnikan berbagai senyawa kimia dari baketri patogen yang
dipanaskan, kemudian memindahkan DNA-nya saja ke bakteri non patogen hidup. Avery dkk
yaitu Maclyn McCarty dan Colin Mac Leod mengumumkan bahwa agen
tranformasi adalah DNA. Temuan ini disambut dengan penuh keragu-raguan, sebab
pengetahuan semula adalah protein sebagai pembawa materi genetik dan pada waktu
itu sedikit sekali pengetahuan tentang DNA.
Tahun
1952, Alfred Hershey dan Martha Chase menemukan
bahwa DNA adalah materi genetik baktriofag yang disebut sebagai T2. Pada waktu
tersebut, para ilmuwan tahu bahwa virus memiliki dua komponen kimia yaitu DNA
dan protein. Untuk menjawab hal ini, Hershey dan Chase melakukan eksperimen
dengan menggunakan kedua komponen T2 tersebut yaitu protein dan DNA. Mereka
menggunakan isotof radioaktif yang berbeda untuk menandai DNA dan protein.
Hasilnya pada supernatan yang mengandung partikel virus hanya ditemukan
radioaktif yang menandai protein sedangkan DNA yang ditandai ditemukan pada
pelletnya. Ketika bakteri ini dikembalikan ke medium kultur terjadi infeksi dan E.
coli melepaskan fag yang mengandung radioaktif. Jadi
mereka menyimulkan bahwa DNA lah yang memasuki inang sedangkan protein tetap
tertinggal bersama badan virus.
Pada
tahun 1950-an, susunan ikatan kovalen polimer asam nukleat mendapat perhatian
ilmuwan. Sebelumnya, pada tahun 1932, Astbury menemukan
struktur polimer fiber yang terdiri dari empat nukleosida yaitu Purin, Adenin,
Guanin dan Pirimidin, Sitosin dan Tianin (Uridin dalam DNA). Kemudian
penelitian tentang struktur DNA berkembang. Salah satu yang terkenal
yaitu James Watson (Amerika) dan Francis Crick (Inggris).
Watson dan Crick menggambarkan model DNA dengan dobel helix dengan
bantuan dari gambar melalui metode kristalografi sinar-X Maurice
Wilkins dan Rosalind Franklin. Temuan ini yang mendorong penelitian
tentang replikasi berkembang.
2. Hereditas
Pada
tahun 1901, Hugo De Vries (Belanda), Carl Correns (Jerman)
dan Erick Von Tschermak (Austria) secara terpisah menemukan kembali
Hukum Mendel yang diterbitkan 35 tahun yang lalu. Penemuan ini medorong
penelitian ilmuan tentang pewarisan sifat keturunan.
Thomas
Hunt Morgan seorang embriologist Colombia menemukan adanya gen terpaut sex
(sex-linked genes) pada awal abad ke-20. Pada tahun 1909, seorang
fisikawan Inggris, Archibald Garrod menyatakan bahwa gen menentukan
fenotif melalui enzim sebagai katalis proses tertentu di dalam sel. Pengetahuan
tentang pembelahan sel, mikroorganisme penyebab mutasi menggugah ilmuwan untuk
meneliti tentang kanker.
C. Mikrobiologi
Adolf
Meyer, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman pada tahun 1883 memulai
sejarah penemuan virus pada abad ke 19 dengan ditemukannya kelainan pada daun
tembakau berbintik kuning.
Pada
abad ke-20 pengetahuan tentang virus yaitu bahwa virus bersifat patogen dan dapat menular, virus pun tidak
dapat ditumbuhkan dalam medium tumbuh bakteri. Dua orang ilmuwan
bernama Twort (1916) dan d’Herelle (1917) menemukan
virus yang menyerang bakteri dan menyebabkan bakteri lisis (pecah). Virus ini kemudian disebut bakteriofag atau sering disebut fag (phage) saja.
Pada
tahun 1935, Wendell Stanley, seorang ilmuwan Amerika berhasil
mengkristalkan mahluk hidup yang menyerang tanaman tembakau tersebut. Mahluk
tersebut kemudian diberi nama TMV
(Tobacco Mosaic Virus). Stanley menemukanan bahwa virus dapat mengkristal
pada saat bersamaan masih memiliki sifat-sifat organisme hidup. Partikel virus
dapat berkembang biak dalam inang yang baru. Gortner dan Laidlaw secara
terpisah mengemukakan pandangannya bahwa virus merupakan bentuk organisme
paratisik yang lebih terspesialisasi. Sejak itulah penelitian tentang virus
berkembang. Tahun 1980-an muncul penemuan virus HIV dan AIDS.
D. Teori
Evolusi
Beberapa
pencipta teori ini yaitu Theodosius Dobzhansky (ahli
genetika), Ernest Mayr (ahli taksonomi), George Gaylord Simpson (ahli
palaontologi) dan G. Ledyard Stebbins (ahli botani). Teori ini
menekankan pentingnya populasi sebagai unit evolusi.
Tahun
1972, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould mengemukakan teori keseimbangan
bersela (punctuated equilibrum) sebagai perluasan dari teori sintesis
modern. Menurut teori ini spesiasi terjadi pada populasi allopatrik yang kecil.
E. Ekologi
Menurut beberapa catatan, ekologi
sebagai sebuah ilmu sesungguhnya lahir sebagai akibat dari perkembangan
ilmu Natural History (ilmu sejarah alam).
Pada kurun abad 16-17-an, pada waktu itu,
seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, salah satu fokus ilmu Natural
History yang mengulas tentang keterkaitan organisme dengan
lingkungannya pun berkembang. Dalam proses perkembangan ilmu Natural
History tersebut, muncullah Ernest Haeckel (1834-1919), seorang ahli biologi asal
Jerman, yang tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertama kali
menggunakan istilah ekologi pada pertengahan 1860-an.
Darwin,
dalam bukunya di tahun 1859, On The Origin of Species, menyatakan
bahwa "tumbuhan dan hewan, seringkali terpisah di alam, terikat bersama
dalam sebuah jaring hubungan kompleks. Kurang lebih 40 tahun
setelah itu, sekitar tahun 1900, legitimasi ekologi sebagai sebuah ilmu pun
kian mantap. Pada era tersebut muncul kesadaran bahwa peradaban
di mana pun berada tidak akan bisa bertahan jika terus-menerus mengabaikan
permasalahan lingkungan. Meski
berkembang pesat, gerakan-gerakan tersebut belum bisa mencapai hasil yang
maksimal karena hampir
di seluruh penjuru dunia tengah berada dalam kecamuk Perang Dunia.
Pada
masa yang sama, ekologist lainnya seperti Aldo Leopold dan Rachel Carson, mulai
menyadari perlunya konservasi ekosistem. Untuk mengeksplorasi
hubungan antaran manusia dan penggunaan lahan, sebagai hal yang penting seperti
isu polusi.
Akhir
dari abad 20, Pollan dan Orr mengeksplorasi bidang ekologi di kehidupan kita
sehari-hari. Pollan mengilustrasikan bagaimana manusia dan tumbuhan berevolusi
dan membentuk hubungan satu sama lain. Orr menawarkan tujuan pendidikan ekologi
untuk pelajar, dia merasa bahwa tidak ada pelajar yang lulus tanpa pemahaman
dasar yang komprehensif.
Morris (1998) mengemukakan Cultural
Ecology yang mempelajari hubungan alam, manusia dan kaitannya dengan
tanah. Ia mengatakan bahwa tipe ekologi ini, menekankan budaya dan telah
memberikan dampak budaya dan aspek yang berbeda dari seni, nilai, budaya,
sistem kepercayaan dari berbagai grup entik yang berbeda. Perkembangan ilmu
sains Biologi ini serentak juga dengan cabang-cabang ilmu biologi lainnya.
F. Fisiologi
Mulai
berkembang pada abad ke 17 dan 18: kemajuan dalam ilmu fisika dan kimia.
Pertengahan abad ke 19: cabang ilmu yang berdiri sendiri dengan terbitnya
"History of Botany" oleh Sachs (1860), disusul
"Lecturers on the Physiology of Plants" oleh Sachs (1887) dan
"Physiology of Plants" oleh Pfeffer (1887). Pertengahan abad
ke-20: jurnal khusus yang memuat hasil-hasil penelitian, seperti "Plant
Physiology" (mulai 1925) dan "Annual Peview of Plant
Physiology"(1950).
Dokter
tenar Inggris, William Harvey, penemu peredaran darah dan fungsi jantung,
dilahirkan tahun 1578 di kota Folkstone, Inggris. Bukunya yang masyhur “An
Anatomical Treatise on the Movement of the Heart and Blood in Animals (Gerak otomatis anatomi jantung dan
darah binatang) terbit tahun 1628, tepat sekali jika disebut sebuah buku
penting di sepanjang sejarah fisiologi. Memang, nyatanya merupakan titik mula
lahirnya ilmu fisiologi modern. Arti penting utamanya tidaklah terletak pada
penggunaan langsungnya melainkan pada peletakan pengertian dasar yang
menjelaskan bagaimana tubuh manusia bekerja.
Untuk
kita sekarang yang dibesarkan dengan pengetahuan peredaran darah, akan
menganggap teori Harvey sebagai sesuatu yang sepenuhnya jelas. Tetapi, apa yang
kini tampak sederhana dan nyata, tidaklah begitu halnya bagi para biolog jaman
lampau. Penulis-penulis terkemuka di bidang biologi telah memaparkan berbagai
pendapat.
Demikian
pembahasan kita tentang Sejarah Perkembangan Biologi kali ini, mudah-mudahan
dapat bermanfaat buat kita semua. . Terima kasih. . . ^ _ ^
Intan pariwara yaa. Hmm..
ReplyDelete