Bila musim hujan tiba, banjir
merupakan sebuah pemandangan biasa bagi warga perkotaan. Tiap tahun pemerintah
menyediakan anggaran yang cukup besar untuk mengatasi masalah ini. Akan tetapi
masalah ini tak kunjung selesai. Kita sebagai warga negara yang baik juga bisa
berperan serta dalam mengatasi problem ini, walau dalam skala kecil. Nah, apa
yang bisa kita lakukan??? Mari kita simak artikel berikut.
Kamir R. Brata, salah satu
peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Indonesia telah menemukan sebuah teknologi
sederhana dalam mengatasi beberapa masalah lingkungan, terutama banjir.
Teknologi itu dikenal sebagai biopori.
Apa itu Biopori?
Biopori adalah
metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan
daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan
dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk
menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian
dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di
dalam tanah.
Secara alami,
biopori adalah lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat aktivitas
organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah.
Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air.Jadi air
hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam
tanah melalui lubang tersebut.
Tetapi, di
daerah perkotaan, keberadaan pepohonan semakin tergusur oleh bangunan-bangunan
sehingga lubang biopori menjadi semakin langka. Lagi pula, banyaknya pepohonan
tidak selalu mengartikan akan ada banyak air yang terserap, karena permukaan
tanah yang tertutup lumut membuat air tidak dapat meresap ke tanah.
Apa Fungsi Biopori bagi
Lingkungan Kita?
Biopori mempunyai beberapa
fungsi yang jika dapat dimaksimalkan, sangat membantu dalam menjaga
keseimbangan alam. Beberapa fungsi biopori adalah sebagai berikut.
- Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
- Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
- Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
- Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
- Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
- Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
- Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor
Bagaimana Cara Membuat lubang
Biopori?
- Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
- Tanah yang akan dilubangi disiram dengan air supaya mudah untuk dilubangi.
- Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.
- Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, atau sampah makanan dapur non kimia.
- Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
- Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi)/laju resapan air perlubang (liter/jam).
Untuk menghindari bahaya
terperosok dan longsoran tanah pada lubang resapan biopori, bisa dilakukan
dengan memberi paralon (pipa pvc) seukuran lubang
dengan panjang 10-15 cm. Bila diperlukan, tambahkan penyemenan (campuran semen
dan pasir) di sekeliling mulut lubang. Bila daerah lubang sering dilalui orang,
tutup lubang dengan kawat atau jaring.
Bahan-bahan apa saja yang bisa
dimasukkan ke dalam Lubang Biopori?
Bahan-bahan yang
mudah terurai oleh fauna tanah, misalnya daun, rumput dan sisa-sisa makanan
atau yang biasa disebut sampah organik. Tapi jangan memasukkan sampah anorganik
ya, seperti plastik, kaleng, mika/fiber karena tidak dapat terurai.
Demikian Artikel
ini, semoga dapat bermanfaat. Terima kasih ^_^
No comments:
Post a Comment